Keris

HOME
Back to Keris main page
_____________________________

Keris




Keris termasuk salah satu senjata tradisional asli Indonesia. Senjata ini diperkirakan berawal dari Pulau Jawa pada abad ke-6, kemudian menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. Ketika Majapahit berkuasa pada abad ke-14, keris menyebar hingga ke wilayah jajahannya, seperti Malaysia, Filipina selatan, Kamboja, dan Thailand selatan.

Istilah keris ditemukan pada prasasti lempengan perunggu Karangtengah bertuliskan angka tahun 748 Saka atau 824 Masehi. Sementara keris tertua ditemukan di Desa Dawuku, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, dibuat sekitar tahun 500 Masehi.

Senjata tradisional ini mempunyai bentuk khas, yakni bilah (wilahan) dengan lekuk-lekuk menawan (luk). Keris yang baik biasanya dibuat dan ditempa dari tiga macam logam, yakni besi, baja, dan pamor. Yang disebut terakhir ini bias berupa nikel, batu meteor, atau besi pamor.

Senjata ini dicari orang karena dipercaya mempunyai kekuatan atau pamor yang bisa memberikan kewibaan, kedamaian, perlindungan, kekayaan, dan kepercayaan diri kepada pemiliknya. Namun, ada pula yang hanya mengagumi keris dari keindahan bentuknya.

Di masyarakat jawa, keris merupakan mitos yang mewakili dunia metafisika. Keris tidak hanya menjadi senjata, tetapi juga diyakini memiliki kekuatan gaib sehingga dijadikan pusaka. Senjata ini diyakini memberikan suatu kekuatabn kepada pemiliknya.

Bagi yang percaya, keris dikatakan bertuah, jika mengandung cerita sejarah kuno, misalnya keris itu milik raja A yang dipakai berperang melawan raja B. karena itu, sebilah keris tidak bias dilihat sebagai benda fisik belaka karena ia mewakili budaya metafisika yang tertanam pada masyarakat Jawa.

Cara penggunaan keris berbeda di masing-masing daerah. Di Jawa dan Sunda, misalnya keris ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai, tetapi ditempatkan di depan pada masa perang. Adapun di Sumatera, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina keris ditempatkan di depan.


Pegangan Keris

Pegangan keris (bahasa Jawa : Gaman) memiliki bermacam-macam motif. Keris Bali, misalnya, ada yang berbentuk patung penari, pertapa, hutan, dan ada yang diukir dengan emas dan batu mulia.

Semantara pegangan keris Sulawesi menggambarkan burung laut. Hal itu sebagai perlambang sebagian masyarakat Sulawesi yang berprofesi sebagai pelaut, dan burung adalah lambing dunia atas keselamatan. Selain itu, materi yang dipergunakan pun berasal dari aneka bahan, seperti gading, tulang, logam, dan yang paling banyak kayu.

Adapun pegangan keris Jawa secara garis besar terdiri dari bathuk (kepala bagian depan), bun-bunan, sirah wingking (kepala bagian belakang), wetengan, dan bungkul.

Bilah

Bilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, yang terdiri dari luk dan pesi. Luk ialah bagian yang berkelok dari bilah keris, sedangkan pesi adalah pangkal wilahan yang masuk ke pegangan keris (ukiran).

Panjang bilah keris yang dibuat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTB, Semenanjung Malaya, dan Thailand selatan sekitar 35-42 sentimeter (cm). Sementara panjang keris Bali sekitaar 45 cm, dan Filipina Serta Riau lebih dari 50 cm. dilihat dari bentuknya, keris dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu keris lurus (tanpa luk) dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau memiliki luk.

Jumlah luk biasanya selalu ganjil, mulai luk 3 hingga luk 13. Keris dengan jumlah luk lebih dari itu biasanya disebut keris kalawija atau keris tidak lazim.

Cara sederhana menghitung luk pada bilah dimulai dari pangkal keris ke ujung keris, dihitung dari sisi cembung dan dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang (kanan kiri). Maka, bilangan terakhir adalah banyaknya luk pada bilah keris.

Pamor

Pamor merupakan hiasan, motif, atau ornamen yang terdapat pada bilah keris. Hiasan ini dibentuk tidak dengan diukir, diserasah (”inlay”), atau dilapis, tetapi dengan teknik tempaan yang menyatukan beberapa unsur logam berlainan. Teknik tempa senjata berpamor ini merupakan keahlian khas Indonesia, terutama di Jawa.
Dilihat dari caranya, dikenal dua cara pembuatan pamor yang baik, yaitu mlumah dan miring. Pamor mlumah adalah pamor yang lapisan-lapisannya mendatar, sejajar dengan permukaan bilah, sedangkan pada pamor miring lapisan pamornya tegak lurus dengan permukaan bilah. Pembuatan pamor mlumah lebih mudah daripada pamor miring. Itulah sebabnya, nilai keris berpamor miring lebih tinggi dibandingkan dengan pamor mlumah.

Warangka atau Sarung Keris

Warangka atau sarung keris merupakan komponen keris yang mempunyai fungsi tertentu, khususnya dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa karena paling tidak bagian inilah yang terlihat secara langsung.

Warangka biasanya dibuat dari kayu, umumnya kayu jati, cendana, timoho, dan kemuning. Sejalan dengan perkembangan zaman, terjadi penambahan fungsi warangka sebagai pencerminan status sosial bagi penggunanya. Bagian atasnya sering diganti dengan gading.

Cara Pakai

Ngogleng
Keris selipkan di bagian belakang condong ke kanan dan tidak tampak dari depan

Mogleng
Dibagian belakang condong ke kanan, gagang tampak dari depan

Ngewal
Dibagian belakang condong ke kiri, gagang tampak dari depan

Nyote [Surakarta]
Diselipkan di bawah ketiak sebelah kiri



_____________________________

HOME
Back to Keris main page